One Pride – Seorang petinju bisa mengalami cedera yang lebih berat ketimbang atlet Mixed Martial Arts (MMA), berikut ini adalah fakta-faktanya.
Cedera yang didapat atlet MMA dan petinju saat bertanding di ring/oktagon sudah pasti akibat serangan dari lawan mereka.
Perlu diketahui, MMA atau seni bela diri campuran merupakan olahraga yang memperbolehkan berbagai teknik pertarungan, seperti tendangan, pukulan, bantingan, dan kuncian.
Di dalam MMA, atlet dapat mengkombinasikan teknik-teknik tersebut untuk melumpuhkan lawannya.
Sementara olahraga tinju merupakan seni bela diri yang melumpuhkan lawannya hanya dengan pukulan, baik ke arah kepala, muka, rahang, hingga bagian pinggang depan.
Nah, berikut ini ada 3 fakta tentang risiko petinju mengalami cedera lebih berat daripada atlet MMA yang dirangkum Onepride.net:
1. Pukulan ke Wajah hingga Kepala
Petinju bisa mengalami cedera lebih berat saat bertanding. Sebab mereka dapat terkena pukulan ke bagian kepala dari lawannya.
Dokter spesialis kedokteran olahraga, Junaidi mengatakan, dari bel pertama berbunyi sampai terakhir, bagian kepala kerap jadi incaran para petinju untuk melumpuhkan lawan.
"Jadi sebenarnya cedera lebih berat adalah tinju. Karena tinju dari bel pertama sampai terakhir kepala terus yang dipukul. Kalau di MMA, petarung/atlet bisa melakukan bantingan, kuncian," ujar Junaidi kepada Onepride.net.
Perlu diketahui bahwa jumlah ronde dalam pertandingan tinju bervariasi, ada 3 ronde, 4 ronde sampai maksimal 12 ronde.
Dalam tinju profesional, pertandingan akan digelar maksimal 12 ronde, dimana satu rondenya adalah 3 menit.
Sedangkan dalam tinju amatir, pertandingan akan diadakan dalam 3 ronde x 3 menit atau 4 ronde x 2 menit.
2. Kuncian dalam MMA Tidak Mematikan
Junaidi menuturkan, sebenarnya sangat kecil kemungkinan petarung MMA yang terkena kuncian saat bertanding berakhir cedera.
Pria yang menjabat sebagai Ketua Dokter One Pride MMA itu bilang, petarung MMA bisa tidak mengalami cedera saat kena kuncian asalkan langsung tapout atau menyerah.
"Sebenarnya kalau MMA ini petarung terkena take down, kemudian kuncian tidak ada yang cedera. Tinggal di sini petarung dan wasit jeli, kuncian sebentar kemudian bisa langsung tapout dan selesai," ungkapnya.
"Kita tidak perlu berdarah-darah sebenarnya," sambungnya.
Junaidi melanjutkan, berbeda dengan petinju yang mengandalkan pukulan, tidak mengunakan kuncian.
"Beda dengan tinju. Kalau tinju mengandalkan pukulan, tidak ada kuncian. Kalau tinju terkena pukulan lalu cedera, bisa-bisa kemudian koma," tuturnya.
3. Risiko Kesehatan Jangka Panjang
Studi tentang seni bela diri tertentu mengungkapkan bahwa tinju, karate, Muay Thai, dan taekwondo memiliki tingkat cedera kepala dan wajah yang tinggi.
Sedangkan atlet jiu jitsu Brasil, judo, dan gulat memiliki tingkat yang tinggi mengalami cedera sendi.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh University of Alberta's Sather Sports Medicine Clinic yang dilansir berbagai sumber, MMA secara statistik lebih aman daripada olahraga tinju.
Sementara petinju lebih mungkin menerima cedera yang akan memengaruhi kesehatan mereka dalam jangka panjang.
Di sisi lain, petarung MMA terbukti memiliki lebih sedikit risiko menerima cedera yang akan memengaruhi kesehatan jangka panjang mereka.
Namun, dari segi risiko luka dan memar di wajah, tingkat cedera MMA lebih tinggi daripada tinju.