One Pride – Pelatih MMA berkelas dunia, Marc Fiore, punya andil besar bagi keberhasilan Jeka Saragih melaju ke panggung UFC.
Juru racik asal Amerika Serikat itu kini tengah mengasah kemampuan 9 petarung asal Indonesia agar mampu mengikuti jejak Jeka Saragih.
Bersama Jake Buracker, Fiore yang merupakan mantan pelatih gulat kembali dipercaya menangani atlet-atlet di MMA Fighting Academy.
Akademi ini diikuti oleh 24 nama yang dijaring lewat audisi season pertama di Bali dan London (Inggris).
Tiga nama sudah pulang lebih dulu. Seluruhnya dari Indonesia. Mereka Sukma Prawira, Reinaldo Kasibulan, dan Rendy Anjar Kusuma, angkat koper usai mengalami cedera.
Terlepas dari itu, Fiore menyampaikan kabar mengejutkan. Dia menyebut bahwa keberhasilan Jeka ke UFC menjadi lompatan besar bagi dunia MMA di Indonesia.
MMA Indonesia pun kini mulai dilirik dunia. Maklum, Jeka merupakan petarung Indonesia pertama yang mendapat kontrak dari lembaga milik Dana White tersebut.
Fiore berharap, atlet-atlet Indonesia bisa mengikuti jejaknya.
"Orang mungkin hanya melihat Jeka bekerja keras pada tiga pertarungan terakhir (Road to UFC),” ujar Fiore dikutip onepride.net dari VIVA.
"Tapi sebenarnya dia sudah bertarung sejak hari pertama (di MMA). Dia sudah menjalani disiplin seperti ini hampir sepanjang hidupnya," ujarnya menambahkan.
“Jadi, ya mereka (anggota akademi MMA) membutuhkannya. Jeka adalah role model mereka. Apapun yang saya perintahkan kepada Jeka selalu dijalankan. Kalau saya suruh dia menabrak tembok, dia pasti akan melakukannya. Jadi ya, ada banyak hal yang bisa mereka tatap ke atas dan ke depan gara-gara Jeka,” beber Fiore.
Lalu bagaimana perkembangan para petarung Indonesia yang di MMA Fight Academy? Menurut Fiore, peningkatan yang dialami para petarung Indonesia sangat pesat.
Dari latihan yang mereka jalani setiap hari mereka terus belajar untuk meningkatkan levelnya.
Mereka sadar bahwa belajar dari YouTube saja tidak cukup dan perlu proses untuk menjadi atlet MMA profesional.
Fiore menambahkan, saat pertama kali tiba di akademi, para petarung Indonesia tidak berbeda dengan atlet MMA pada umumnya. Mereka lemah di ground game.
“Tidak hanya Indonesia, tapi Asia pada umumnya. Mereka lemah di wrestling dan grappling. Dan seperti saya katakan, kami juga bekerja membuat mereka lebih profesional sebagai atlet MMA. Menaruh kekuatan mereka untuk menutupi kelemahannya. Dan kami juga bekerja berdasarkan kelemahan mereka,” beber Fiore.
Hal senada juga disampaikan Buracker. Dia juga menyoroti kemampuan awal para pemain Indonesia dalam bermain lantai yang sangat mendasar.
"Mereka datang dengan kemampuan dasar grappling mendasar dengan level berbeda. Tapi di mana kami saat ini? kami berada di posisi yang jauh lebih baik,” kata Buracker.
"Mereka mengalami kemajuan pesat sehingga saya dan coach Mark, maupun Graham Boyln sangat senang melihat progres yang ada. Kami sangat antusias mereka arah perjalan mereka saat ini,” beber Buracker menambahkan.